Cari Blog Ini

Jumat, 18 November 2011

Tempat Bermain Yang Aman

Awasi Tempat Bermain Anak
Rohedi/nakita
M eski amat bermanfaat untuk mengembangkan anak, tapi tempat bermain umum juga bisa menyebarkan bibit penyakit.
Boleh dibilang, tak ada mal yang tak menyediakan fasilitas tempat bermain untuk anak. Bahkan, supermarket dan rumah makan tertentu pun menyediakan fasilitas tersebut. Tujuannya tak lain agar orang tua bisa berbelanja dengan nyaman tanpa direpotkan oleh anak karena si anak sudah "dititipkan" di tempat bermain bersama pengasuhnya.
Umumnya, mainan yang disediakan bersifat hiburan atau rekreatif semisal, games, bom-bom car, kolam bola, kereta api, mobil-mobil atau aneka binatang yang bergerak naik-turun atau mengayun maju-mundur, dan lainnya. Ada pula mainan yang bersifat ketangkasan seperti jaring-jaring, terowongan berbelok-belok, perosotan, dan sebagainya.
Tentu saja, semua fasilitas bermain itu tak disediakan secara cuma-cuma. Biasanya, pengunjung harus menukarkan sejumlah uang dengan koin atau karcis. Meski ada pula yang tak harus bayar semisal di sejumlah rumah makan fast food, tapi tentu hanya buat pengunjung yang makan di restoran itu.
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN ANAK
Menurut Dr. H.Adi Tagor, SpA, DPH, dari RS Pondok Indah, Jakarta, tempat bermain umum amat bermanfaat buat anak. Antara lain, merangsang audiovisual (penglihatan dan pendengaran) dan takti/l perabaan anak. Misal, kolam bola. "Ini bagus untuk perabaan. Kalau berenang ada sentuhan air pada badan, nah, kolam bola memberikan sentuhan benda padat pada tubuh." Selain itu, aneka warna bola akan memperkaya pengenalan anak pada aneka warna.
Anak pun mendapatkan pengalaman spasial/ keruangan tiga dimensi, semisal pengalaman berguling di mana badannya melakukan gerakan-gerakan di ruang atau menjelajahi ruang, naik-turun, dan lainnya. "Malah ada anak-anak tertentu yang bakat spatial skill- nya luar biasa untuk gerak, misal, senam, main tenis, bola, basket, voli, tinju, silat, dan lainnya, karena ruang." Selain di bidang olahraga, juga untuk kelak sebagai profesi seperti pilot, tentara, astronot, dan dokter bedah.
Tak hanya itu, anak pun bisa mengembangkan verbal skills-nya. "Ini biasanya pada permainan-permainan audiovisual seperti komputer, playstation, atau games," tutur Adi. Masih ada lagi, yaitu mainan-mainan yang analitic skill, seperti games perang-perangan yang menggunakan strategi, puzzle, catur, dan playstation soccer. "Ini pun bisa mengarah ke profesi, semisal politikus, pedagang, dan lainnya."
Selain itu, kadang ada games yang memberikan hadiah. Misal, main pukul kepala buaya atau memancing ikan-ikanan. Di sini anak dirangsang kecepatannya. "Ada lo, anak yang berbakat entrepreneur. Misal, ia tertantang untuk mendapatkan hadiah, bahkan mengumpulkannya dari apa yang dikerjakan. Lain lagi kalau anak cuma senang memecahkan masalahnya tanpa tertarik hadiahnya, ia berbakat jadi ilmuwan atau peneliti."
JANGAN CUMA REKREASI
Melihat manfaatnya yang banyak, Adi minta agar orang tua tak melarang anak bermain di tempat bermain umum. Kalau tidak, "anak tak akan mendapatkan early experience. Bukankah manusia adalah mahluk yang diterjunkan ke dalam suatu situasi pengalaman? Sejak dari kandungan sampai pengalaman lahir, pengalaman di rumah, di tetangga, dan sebagainya. Jadi, sambil anak itu bertumbuh, dia akan selalu mendapat challenge berupa pengalaman," terangnya.
Selain mendapatkan pengalaman untuk dirinya, dengan bermain di tempat bermain umum, anak juga mendapatkan peer experience atau belajar dari sebayanya. "Di sini, kan, juga ada pembelajaran emosi, misal, ada kemauan, menenggang rasa dengan teman sebaya, dan lainnya. Anak juga akan merasa tertantang untuk melakukan sesuatu bila dia melihat teman sebayanya," terang Adi lebih lanjut.
Itu sebab, anjurnya, bila mengajak anak pergi ke tempat bermain umum, manfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin. "Jangan hanya sekadar rekreasinya saja." Ini berarti, kita harusnya tak meninggalkan si kecil di tempat bermain umum bersama pengasuhnya, sementara kita asyik berbelanja. Dalam bahasa lain, kita perlu menyediakan waktu khusus untuk menemani si kecil bermain di tempat bermain umum. Dengan begitu, kita bisa memanfaatkan tempat bermain umum sebagai ajang pembelajaran buat si kecil mengembangkan potensi-potensinya.
TERTULAR PENYAKIT
Kendati manfaatnya banyak, tapi kita juga perlu hati-hati. Soalnya, penyebaran bibit penyakit bukan tak mungkin terjadi. Seperti dikatakan Adi, "pengguna mainan itu, kan, banyak sekali, sementara kita tak tahu apakah ada yang campak, cacar, sakit tangan dan mulut, dan sebagainya, yang bisa saja menulari anak kita."
Idealnya, menurut Adi, pihak pengelola setiap hari membersihkan mainan-mainan itu dengan cairan pembasmi kuman. Misal, perosotan dilap dengan desinfektan. Begitu pula bola-bolanya, sebaiknya dicuci bersih dengan desinfektan, lalu dikeringkan. Kolam bolanya juga dibersihkan agar tak ada kelabang yang bisa membahayakan anak. Setelah kering, dimasukkan lagi bolanya, barulah digunakan lagi untuk bermain.
Selain itu, seminggu sekali tempat bermainnya dilakukan fogging atau uap yang keras untuk betul-betul membasmi kumannya. Apalagi di mal yang bentuknya seperti tempurung, udaranya sudah bercampur dan umumnya tak ada cahaya matahari yang masuk ke tempat bermain di lantai dasar ataupun lantai atas. Padahal, kata Adi, virus atau kuman penyakit bila terkena sinar matahari, dalam waktu 24 jam akan mati. "Sebenarnya ini bisa disiasati dari arsitekturnya, yaitu bagian atapnya menggunakan fiberglas, hingga cahaya matahari dapat masuk."
Sebenarnya, tutur Adi, syarat utama dari tempat bermain anak adalah bersih, aman, bagus, bersifat edukatif dan rekreatif, juga tak mahal. Sayangnya, hampir tak mungkin kita bisa menemukan tempat bermain yang ideal seperti itu. Yang bisa kita lakukan adalah tak sering-sering membawa si kecil ke tempat bermain umum. Cukup 2 kali seminggu dengan lama bermain sekitar 1-2 jam. Tentu harus diperhatikan pula kondisi kesehatan si kecil. Setidaknya ia harus benar- benar fit.
HARUS DIAWASI
Bahaya lain yang harus diwaspadai jika mainannya menggunakan cat yang mengandung toksid atau zat kimia beracun lain semisal timbal. Selain itu, jika mainannya tak sesuai usia, misal, di kolam bola. Kalau semua anak dari segala usia boleh main di kolam bola, maka anak kita yang masih balita bisa tertimpa oleh anak yang besar. Belum lagi kalau mereka saling dorong, saling sikut, atau saling tendang. Kan, celaka si kecil. Bahaya lain berasal dari mainan piranti gerak, seperti terjatuh, terbentur, tergelincir, terkilir, dan lainnya.
Kalau soal kesetrum oleh mainan yang menggunakan tenaga listrik, menurut Adi, jarang terjadi. "Itu bisa terjadi kalau, misal, kabelnya terbuka tanpa diketahui. Namun bila tempat bermain umum di-maintenance dengan baik, relatif aman." Meski begitu, Adi minta agar kita tetap mengawasi si kecil kala bermain. Ingat bahaya lainnya. Sekalipun di tempat bermain sudah ada pengawas dari pihak pengelolanya, toh, kita tak bisa sepenuhnya mengandalkan mereka. Bukankah tak jarang kita jumpai si pengawas asyik ngobrol dengan temannya? Bahkan, sekalipun mereka tahu ada anak yang memainkan mainan yang bukan diperuntukkan anak seusianya, misal, mereka cenderung mendiamkannya. Nah, ini, kan, bisa berbahaya buat anak kita.
Itulah mengapa, kita sebaiknya menemani si kecil bermain dan tak meninggalkannya hanya bersama si pengasuh. Pun bila kita mengajaknya bermain di taman-taman umum, karena bahaya yang ditimbulkannya sama saja. Terlebih di taman-taman umum banyak sampah karena biasanya jarang dikelola dengan baik.
Menjaga Keamanan Anak
Si kecil yang masih balita tentulah belum mampu memperkirakan situasi yang sekiranya bisa membahayakan dirinya maupun orang lain. Itulah mengapa, kita harus mengawasinya dengan ketat. Hingga, kala ia hendak menggunakan alat bermain yang tak layak atau tak sesuai usianya, misal, kita bisa segera mencegahnya. Jikapun sampai terjadi kecelakaan, kita bisa segera mengambil tindakan, minimal meminta pertolongan.
Memang, sih, sebaiknya alat bermain dipasangkan stiker yang mencantumkan mainan tersebut untuk anak usia berapa. Dengan demikian, orang tua jadi tahu persis, manakah mainan yang cocok untuk anaknya. Soalnya, ukuran dan proporsi mainan untuk anak balita akan berbeda dengan anak usia di atasnya. Hingga, bila dimainkan oleh anak yang usianya tak sesuai, akan berisiko terjadi kecelakaan. Sebaiknya, mainan untuk anak balita memiliki ketinggian tak lebih dari satu meter.
Alangkah baiknya jika para pengawas dari pihak pengelola tempat bermain pun tanggap dan mau menegur secara baik-baik jika melihat ada anak yang memainkan mainan bukan untuk anak seusianya. Namun karena kita tak bisa berharap banyak dari mereka, mau tak mau, kitalah yang harus lebih memperhatikan si kecil. Malah, kita juga bisa mengajari si kecil menjaga keamanan bagi dirinya sendiri. Antara lain, ajari untuk tak berlaku kasar di tempat bermain, semisal tak mendorong temannya saat bermain; kalau ingin bermain panjat-panjatan, ia boleh melakukannya hanya bila tak ada anak lain di depannya; begitupun bila ingin main seluncuran, ajarkan untuk mendaratkan kedua kakinya dengan baik. Katakan pula agar ia tak meninggalkan dan menaruh sembarangan barang bawaannya seperti tas atau mainannya di dekat tempat bermain karena bisa membuat anak lain tersandung dan jatuh.
Bila si kecil bermain di tempat terbuka semisal taman-taman umum, katakan padanya agar tak menggunakan seluncuran bila dalam keadaan basah karena licin dan berbahaya. Begitu pula bila hari panas, karena alat bermainnya tentu tak nyaman, anak bisa kepanasan. Jadi, sebaiknya pegang dulu alat bermain itu sebelum digunakan, apakah memungkinkan atau tidak untuk digunakan.
Satu hal lagi, dalam bermain usahakan anak memakai baju yang tak bertali. Soalnya, baju bertali bisa mengundang bahaya bila tersangkut atau terikat pada alat bermain. Selain itu, sebaiknya gunakan baju yang tak tebal dan berwarna cerah untuk menghindari risiko dari sinar matahari jika bermain di tempat terbuka.
Aneka Tempat Bermain
Tempat bermain, terang Adi Tagor, merupakan lingkungan sosial kedua setelah tempat tinggal, terutama kamar tidur dan ruang keluarga. "Lingkungan pertama yang terbaik bagi anak, itu, kan, lingkungan keluarga. Makanya, sebanyak mungkin harus tersedia waktu berkumpul antar seluruh anggota keluarga, terutama ayah, ibu, dan anak."
Ada beberapa jenis tempat bermain, yaitu:
1. Tertutup dari masyarakat umum.
Tempat bermain ini bisa indoor (dalam ruangan), bisa juga outdoor (di luar ruang). "Misal, rumahnya besar, mungkin ada ruang bermain khusus di dalam rumah." Bisa juga tempat bermainnya di halaman, tapi untuk anak balita harus berpagar.
2. Terbuka untuk masyarakat (komunal).
Ada yang untuk masyarakat tertutup, seperti, TK, playgroup, dan sejenisnya. "Jadi,hanya untuk keanggotaan dengan diterapkan sistem keanggotaan, semisal membayar dengan cukup relatif mahal." Sedangkan yang untuk masyarakat terbuka (umum) adalah tempat bermain di mal, supermarket, ataupun taman-taman umum.
Tentu saja, dibanding tempat bermain umum, sistem pengontrolan di tempat bermain untuk masyarakat tertutup lebih ketat terhadap, misal, kondisi kesehatan anak, perkembangan sosialisasi maupun ketangkasan anak yang disesuaikan lingkungan fisiknya. Selain itu, mainannya pun bersifat edukatif dan sesuai usia anak, yaitu usia 2-5 tahun. Bahkan, ada pula mainan untuk usia bayi semisal di "sekolah-sekolah" bayi. Kelebihan lain, biasanya ada tenaga ahlinya semisal psikolog dan tenaga-tenaga khusus lain (guru).

Tips Memilih Tempat Bermain Anak..

* Utamakan Kebersihan
Jangan pernah memilih arena bermain yang sarananya sudah dipenuhi debu dan ditumbuhi jamur, lumut, apalagi sampai menimbulkan bau tak sedap. "Sebagai konsumen, kita berhak bertanya kepada pihak pengelola mengenai sistem perawatan arena bermain tersebut."
Disayangkan jika ada pengelola/pemilik arena bermain, baik outdoor maupun indoor, yang mengabaikan sisi perawatan dan kebersihan. Padahal biasanya keteledoran semacam ini yang menjadikan tempat bermain umum tidak layak lagi dipergunakan bagi anak.
Idealnya, setelah sekian jam digunakan atau dimanfaatkan oleh sejumlah anak, setiap mainan harus dibersihkan. Bahkan untuk meminimalkan peluang penularan penyakit tertentu, mainan juga harus dibersihkan secara berkala menggunakan bahan pembersih yang bisa membunuh jamur, bakteri, dan kuman.

* Perhatikan Keamanan
Pastikan keamanan setiap lekuk dan sudut sarana di tempat bermain yang akan digunakan dapat diandalkan. Jika kira-kira membahayakan, lebih baik urungkan saja niat mengajak main batita di tempat tersebut. Begitu juga materi yang mendominasi arena bermain itu. Amati aspek lunak-kerasnya, licin atau tidak dan tajam atau tidak semua benda yang ada. Termasuk aman tidaknya cat yang digunakan. Mengapa hal-hal kecil tadi perlu diperhatikan baik-baik? Tak lain karena pengalaman tidak enak kala anak terbentur atau terluka akan jauh lebih "dirasa" daripada manfaat permainan itu sendiri. Sayang sekali, kan, kalau karena pernah cedera anak jadi tak mau mencoba permainan ini-itu atau tidak lagi terangsang melakukan berbagai eksplorasi hingga potensi/kemampuan anak jadi tidak terasah.
Kolam mandi bola, contohnya, untuk anak batita idealnya harus dipisahkan dari kolam serupa untuk anak prasekolah. Mengapa? Sebagian batita, terutama batita awal usia 1-2 tahun, masih berada di fase oral. Inilah yang membuat mereka seringkali memasukkan bola-bola tersebut ke dalam mulutnya. Pertimbangan lain, perkembangan motorik membuat anak prasekolah cenderung "rusuh" dengan melompat dan meloncat atau terjun bebas tanpa memperhatikan ada atau tidak orang lain yang mungkin bakal celaka dengan ulahnya. Di sinilah pentingnya orang tua menyeleksi arena bermain seperti apa yang dianggapnya layak.

* Cermati Aspek Kesesuaian
Pilihlah sarana bermain yang merangsang pergerakan otot batita, baik otot-otot kaki, tangan, maupun seluruh bagian tubuhnya. Jangan lupa perhatikan juga kesesuaian bentuk, ukuran, dan tingkat kesulitan masing-masing permainan tersebut. Balok keseimbangan, contohnya, pilihkan yang baloknya relatif lebar dan goyangannya tidak menghentak-hentak. Sedangkan untuk perosotan idealnya dilengkapi dengan matras atau "bantalan" pasir yang bisa meredam benturan saat anak mendarat. Lalu untuk permainan gorong-gorong, pilihkan yang jalan keluarnya langsung bisa ditemukan anak dengan panjang yang terjangkau.

* Kuota/Kapasitas
Tinggalkan arena bermain yang sudah penuh sesak. Dalam kondisi semacam itu jangan harap anak bisa memetik manfaat dari aktivitas bermainnya. Begitu juga jika melihat antrian yang amat panjang hingga harus menunggu cukup lama untuk mendapat giliran. Bisa-bisa si batita bete duluan sebelum bermain. Padahal salah satu unsur penting bagi anak batita adalah pengalaman yang menyenangkan. Nah, kalau dia sampai terlalu lama menunggu, kalah berebut kesempatan dengan anak yang lebih besar, tentu saja permainan tersebut akan menjadi pengalaman tidak menyenangkan buat si batita. Meski di usia ini anak juga harus mulai diperkenalkan pada konsep berbagi, tapi tentu bukan dengan cara-cara seperti ini.

* Kualitas SDM
Yang dimaksudkan di sini adalah kualitas petugas atau kakak-kakak pendamping yang ada di lokasi arena bermain. Ini sangat perlu mengingat mereka harus menjaga, membimbing, dan mengarahkan anak bagaimana harusnya bermain dengan baik dan benar. Jika semua aturan main bisa dipatuhi, bukan cuma keselamatan dan kenyamanan bermain yang didapat anak, tapi juga manfaat lain.
Tentu saja agar bisa memainkan perannya sebagai pendamping, jumlah SDM yang bertugas harus sesuai dengan kapasitas arena permainan itu sendiri. Jangan sampai satu penjaga harus mengawasi 10 anak yang sedang asyik bermain, contohnya.

Membuat Pola Makan Sehat Anak

Peran Ibu untuk menanamkan kebiasaan pola makan sehat pada anak di usia dini sangatlah penting. Berikut adalah 10 tips untuk membentuk pola makan sehat pada anak:
Peranan Ibu untuk menentukan “Apa yang akan dimakan” anak sangat penting. Tingkatkan pengetahuan tentang kebutuhan gizi balita, jenis, makanan, susunan menu yang kreatif serta ciptakan suasana yang menyenangkan di saat makan. Jangan langsung pasrah atau menyerah saat disajikan makanan, anak berkata, “aku tidak menyukainya”. Penelitian membuktikan bahwa untuk menawari anak makanan baru, diperlukan 10 kesempatan pada saat yang berbeda dan baru berhasil. Moto “Coba dan Coba lagi” harus selalu diterapkan. Perkenalkan rasa baru kepada anak secara rutin. Mulai dari dalam kandungan dengan mengkonsumsi makanan ibu hamil, ASI dan makanan padat Jadilah teladan, panutan, dan idola yang baik bagi Si Kecil. Sajikan dan makanlah berbagai macam makanan. Biarkan anak melihat ibu dan anggota keluarga lain menikmati makanan. Dudukanlah Si Kecil di samping Anda dan biarkan dia bereaksi. Perkuat sikap positif makan anak dengan cara memberikan komentar positif setiap kali anak Anda mengkonsumsi makanan yang sehat dan mencoba makan dengan benar. Manfaatkan selera makan Si Kecil. Kembangkan selera makannya dan berikan makanan sesuai waktu yang dia inginkan dan tentu saja berikan pada saat Si Kecil lapar. Lingkungan dan suasana makan harus tenang dan bebas emosi.
Jangan melarang dan memaksakan makanan tertentu karena sikap seperti itu akan berdampak negatif terhadap pola makan anak. Jangan terlalu dan selalu menekankan masalah makanan. Izinkan Si Kecil untuk sekali-kali mengkonsumsi minuman dan makanan yang disukainya, dengan catatan: setelah semua makanan sehat dan baik dikonsumsinya. Ubahlah letak penyimpanan makanan.
Makanan sehat disimpan di tempat yang mudah terlihat dan dijangkau. Simpan makanan kudapan ditempat yang tersembunyi sehingga Ibu bisa memantau jenis dan jumlah yang dimakan oleh anak. Tetap santai, tenang dan konsisten dan jangan menyerah pada tuntutan anak dan emosi mereka. Tumbuhkan rasa bangga dan ucapkan selamat pada diri sendiri karena sudah berhasil memerankan tugas dengan baik untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan cerdas, kunci keberhasilan di masa depan.

Makanan Yang Baik Untuk Otak Anak

Tingkat kemampuan berpikir seorang anak umumnya dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi setiap hari. Perlu diketahui, makanan yang dikonsumsi tersebut akan berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan otak. Berikut ini beberapa makanan yang diketahui dapat meningkatkan kemampuan otak seorang anak:
Sereal
Satu mangkuk sereal baik untuk mengawali hari si kecil. Namun kita sebaiknya tetap hati-hati dalam memilihnya karena kini cukup banyak sereal yang mengandung sekitar 50% gula dengan sedikit serat, vitamin, dan mineral.
Telur
Telur kaya akan protein, seng, vitamin A (untuk penglihatan), vitamin D (untuk pertumbuhan tulang), vitamin E (untuk mencegah penyakit), dan vitamin B12 (untuk membentuk sel darah merah). Kuning telur mengandung lecithin yang dianggap penting sebagai makanan otak, yang bersifat baik untuk daya ingat dan konsentrasi karena mengandung zat besi yang penting bagi fungsi otak.
Buah kiwi
Buah kiwi mengandung vitamin C sekitar dua kali lipat dibandingkan buah jeruk dan satu buah kiwi akan memberikan kebutuhan vitamin C harian bagi orang dewasa. Vitamin C penting untuk menyerap zat besi dari dalam makanan. Karena vitamin C tidak bisa disimpan dalam tubuh, maka anak-anak perlu mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Buah pisang
Pisang adalah sumber karbohidrat dengan kandungan energi yang baik. Konsumsi satu buah pisang sebagai cemilan akan membantu anak menjaga tingkat energi dan konsentrasinya sepanjang hari.
Buah-buahan kering
Cobalah untuk mengenalkan buah-buahan kering pada anak-anak, sebagai pudding atau snack ditengah hari. Buah-buahan yang kering diketahui kaya akan zat besi dan juga sumber energi.
Minyak ikan
Beberapa jenis asam lemak tidak dibuat di dalam tubuh dan harus diperoleh dari makanan. Lemak menjadi komponen utama otak. Perlu diketahui, sebagian besar otak terdiri dari asam lemak yang berperan penting dalam fungsi sel-sel otak.
Keju
Keju adalah makanan yang kaya akan zat gizi, protein, dan kalsium yang bersifat baik untuk kesehatan tulang dan gigi. Keju juga bersifat baik untuk gigi anak karena dapat membantu menetralisir asam penyebab kerusakan gigi.

Mengajarkan Sikap Berani dan Mandiri

Menumbuhkan SIkap Berani dan Mandiri pada Balita PDF Cetak E-mail

Melatih Anak Berani dan Mandiri Seperti kita ketahui banyaknya manfaat jika anak kita berani dan mandiri (baca di artikel sebelumnya), dan tapi bagaimana caranya agar anak berani dan mandiri? di tulisan ini kita coba membahas kiat melatih anak berani dan mandiri. Sebelumnya kita perlu memahami bahwa untuk melatih berani dan mandiri itu harus berjalan secara simultan, dan orang tua sebagai pelatih harus menyadari juga bahwa semuanya itu tidak bisa instan, memerlukan proses dan waktu. Nah apa yang harus dilakukan untuk melatih tersebut;
1. Menumbuhkan “basic trust”
Setiap bayi sebenarnya sudah memiliki basic trust, tetapi ketika dia balita sebaiknya orang tua sepatutnya memberikan respon positif atas kebutuhan si anak. Hal ini dapat meningkat perasaan “trust” dari si balita dan balita pun akan merasa aman juga didalam kehidupannya. Nah dengan perasaan aman/secure, balita pun akan lebih berani didalam menghadapi tantangan yang ada dihadapannya. Mandiri pun akan ikut terbentuk juga ketika menyelesaikan persoalannya.
2. Memberikan “tanggungjawab” atau kepercayaan kepada anak
Ketika kita melihat/merasa anak kita melakukan sesuatu yang kita rasa dia mampu melakukannya, sebaiknya kita memberi kesempatan kepada dia untuk melakukannya sendiri. Misal ketika dia selesai makan dan ingin meletakkan piringnya di tempat cucian, kita bisa memberi kesempatan itu kepada dia dan jangan melarangnya jika kita merasa dia mampu serta jangan terlalu risau juga (contoh takut pecah karena harganya mahal). Memberi kesempatan dan kepercayaan kepada dia seperti itu dapat membuat anak berani dan mandiri juga.
3. Memberi contoh
Anak akan selalu mencontoh, hal ini juga berlaku ketika kita ingin anak berani dan mandiri. Jika orang tua memiliki kepribadian yang tertutup misal tidak suka melakukan hal-hal yang baru, takut menghadapi tantangan sebaiknya tidak untuk terlalu mengharapkan balitanya tumbuh dengan memiliki kepribadian berani dan mandiri. Misal kita ingin anak belajar berenang sedangkan orang tua-nya sendiri takut masuk air, hal ini tentu akan menghasilkan sesuatu yang maksimal. Dengan memberi contoh yang konkret kepada anak, anak akan memahaminya dan semakin mudah dia menirunya. Namun jika orang tua tidak atau belum bisa memberi contoh yang konkret kepada anak, sebaiknya jangan menunjukkan “ketakutan” dan “ketidakmandirian” kepada si anak, baik secara langsung atau tidak langsung.
4. Jangan memaksa
Semua yang kita lakukan untuk melatih keberanian dan kemandirian anak memerlukan waktu dan proses, hal itu dapat berkembang secara perlahan sehingga jangan kita memaksa si anak untuk menguasai segala hal yang diajarkan pada saat itu juga. Misal melatih anak untuk selalu bangun tidur langsung mandi, jangan memaksa anak saat itu juga untuk menguasai hal tersebut, perlu beberapa hari hingga lancar. Orang tua selalu dampingi dan mengingatkan si anak untuk melakukan hal yang benar tersebut. Tetapi perlu diingat agar jangan terlalu sering/keras mengkritik si anak karena hal itu akan membuat nyali/keberanian si anak akan turun/down.
5. Jangan terlalu membebani
Perlu diingat bahwa tahapan yang bisa dilalui oleh si anak adalah berkembang secara bertahap, sehingga stimulus yang diberikan kepada si anak harus disesuaikan juga dengan perkembangan si anak. Jika terlalu banyak stimulus akan membuat si anak bingung dan akan kehilangan keberanian untuk melakukan sesuatu.
6. Menetapkan batasan dengan tepat
Kita tetap harus memberi batasan apa yang boleh dilakukan oleh anak kita, tetapi larang yang diberikan itu harus dapat disertai dengan alasan yang logis. Misal ketika si anak melatih keberaniannya dengan bermain di luar teras rumah, sepatutnya orang tua tidak menakut-nakuti si anak dengan hal-hal yang tidak bisa difahami/logis oleh si anak, contohnya mengatakan s anak akan diganggu hantu atau digigit anjing, dan sebagainya. Ketakutan tersebut akan ditangkap oleh otaknya sebagai kenyataan yang benar dan si anak pun akan tidak berani keluar dari teras rumahnya, akhirnya akan mempengaruhi keberanian dan kemandirian dia.

Kamis, 17 November 2011

Belajar Membaca Yang Baik untuk Anak

Metode belajar membaca sangat banyak kita jumpai. Banyak lembaga pendidikan anak yang menawarkan metode belajar membaca. Tentu saja metode belajar membaca yang mereka tawarkan mempunyai berbagai kelebihan.
Sebagai orang tua, tentunya ingin mendapatkan metode belajar membaca yang terbaik buat anak anak balita atau anak yang belum bisa membaca. Biaya untuk ikut dalam program belajar membaca bervariasi tergantung dari lembaga yang menyelenggarakan.
Akan tetapi karena satu dan lain hal, kita tidak memasukkan anak kita untuk mengikuti lembaga yang menyelenggarakan metode belajar membaca. Apakah metode belajar membaca bisa kita lakukan sendiri di rumah?
Menurut saya metode belajar membaca dapat kita lakukan sendiri di rumah. Saya adalah salah satu dari sekian banyak orang tua yang tidak memasukkan anak saya ke lembaga penyelenggara metode belajar membaca. Metode yang saya terapkan pada anak saya adalah metode belajar sambil bermain. Berbagai sarana yang ada, mulai dari kertas, papan tulis, video belajar membaca, alat peraga belajar membaca kami pakai. Mengingat dunia anak anak adalah bermain, maka kami ajak anak bermain, akan tetapi tanpa disadari si anak, kami sisipkan pelajaran belajar membaca.
Kami juga mencoba membuat sendiri alat peraga belajar membaca. Salah satu contohnya adalah beberapa video yang ada di blog ini.
Kami yakin, semua metode belajar membaca baik, tinggal bagaimana kita secara konsisten menerapkannya. Mengingat dunia anak adalah dunia bermain, permainan kelihatannya adalah metode belajar membaca yang baku yang harus kita terapkan ke anak. Tanpa ada tuntutan kepada si anak, biarkan semua berjalan secara alami.

Salah Satu Proses Belajar Anak Adalah Bermaaaaiiiiiiinnnnn...

Bermain Adalah Belajar untuk Anak-Anak

Dalam banyak hal, hampir semua yang dikemas dalam bentuk permainan menarik perhatian anak. Tidak heran bagaimana anak bersemangat begitu menggebu-gebu saat diajak main atau saat memulai permainan, dan tidak jarang pula permainan digunakan sebagai media untuk menyampaikan informasi kepada mereka. Lalu, apa saja informasi positif yang bisa disampaikan lewat permainan? Sebelum memulai permainan, anak dikenalkan kepada peraturan, atau ground rules. Di sini anak bisa mengenal sifat disiplin karena pada umumnya anak-anak berpikir bahwa permainan menjadi menyenangkan seiring dengan dipatuhinya peraturan. Tidak hanya disiplin, tetapi kreativitas anak juga dirangsang melakukan hal-hal yang bisa memperbesar kemungkinannya untuk menang dengan tetap mematuhi aturan.
Orang Tua dan Anak Bermain Bersama
Orang Tua dan Anak Bermain Bersama
Dalam permainan, ada beberapa hal yang harus diingat: peraturan permainan, gerakan lawan, hingga alur permainan yang dilakukan berulang kali. Anak belajar untuk mengingat, mengulang, dan mengaplikasikannya langsung dalam sebuah permainan. Repetisi yang disertai aplikasi langsung adalah satu cara efektif untuk melatih daya ingat dan analisis.
Di akhir permainan, pasti ada yang kalah dan menang. Melalui kemenangan, rasa percaya diri anak bisa ditumbuhkan, sedangkan melalui kekalahan dorongan menjadi lebih baik bisa muncul. Namun, kadang kekalahan bisa mengurangi rasa percaya diri anak. Di sinilah orang tua atau pembimbing berperan untuk mengarahkan emosi negatif anak saat mengalami kekalahan. Anak bisa belajar untuk menerima kekalahan, menjadi sportif, dan menginstropeksi kesalahannya agar tidak terulang saat bermain kembali.
Bermain bahkan menawarkan kepada orang tua sebuah media untuk lebih mengenal anaknya karena dalam bermain, apa yang anak rasakan dapat berhubungan langsung dengan pengalaman emosionalnya. Perasaan sedih, senang, puas, dan kecewa bisa dipantau langsung oleh orang tua.
Dari penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa sebenarnya bermain juga adalah belajar untuk anak. Tapi sekarang terkadang bermain dianggap sebagai hal yang berlawanan dari belajar. Menurut kalian, apa yang menyebabkan hal itu? Yuk, berbagi! :)

Belajar dan Bermain itu gimana siiihhh..????

Belajar sambil bermain
Ingatkah kita bagaimana perasaan kita waktu kecil ketika bermain? Betapa bergairahnya waktu kita menemukan sesuatu. Bersemangat untuk belajar mengenali bentuk, warna, suara sambil bermain. Begitulah bermain bagi anak dapat membuka pintu pembelajaran. Dan pembelajaran lewat permainan itu tidak perlu rumit. Bisa saja dimulai dari hal-hal sederhana yang ada di sekitar kita. Untuk itu luangkan waktu sejenak misalnya setiap akhir minggu dengan bermain bersama anak. Ajarkan anak-anak untuk menyentuh beragam obyek di sekitarnya; misalnya merasakan teksturnya; air, plester semen, kayu, plastik, kaca, kertas, kain, kulit, rambut.
Atau mendengarkan suara; tawa, percakapan, musik, lalu lintas, pesawat di angkasa, dan kicauan burung. Dan jangan lupa ajarkan juga bebauan. Seperti menghirup aroma masakan berbumbu, mengendus setangkai bunga, menghirup aroma rumput yang baru dipotong, tanah yang habis disiram hujan. Dari situ anak secara langsung akan belajar tentang alam bahkan spiritual yang mendasar dan sederhana. Anak akan sangat senang dengan setiap penemuan dan dari situ ia akan bisa menyerap pengetahuan secara langsung.Waktu bermain adalah satu area yang paling memberikan rasa senang, relaksasi, hiburan dan merupakan sosialisasi pendidikan untuk semua orang. Selama bermain, kita juga bisa membantu si kecil membayangkan dunia baru secara keseluruhan. Sepanjang hidupnya, segala aktivitas seperti itu akan merangsang kreativitasnya, selera humornya, rasa keseimbangan dan proporsinya, rasa ingin tahunya, logikanya, perkembangan sosialnya dan masih banyak lagi. Yuk.. sediakan waktu tiap akhir minggu untuk bermain dengan anak-anak kita????

Agar Si Kecil Betah Belajar...

Agar Si Kecil Betah Belajar
Ruang kamar anak dengan aksen warna kuat yaitu merah, kuning dan hijau dalam ruang dengan warna dominan natural (Foto: Ahmad Fadilah)
Jika ruang belajar nyaman, anak tentunya akan betah belajar. Jadi, apa saja yang patut diperhatikan sebelum membuat kamar belajar anak?
Membuat sebuah ruang belajar yang nyaman bagi Si Kecil gampang-gampang susah. Pasalnya, tak seperti ruang belajar atau ruang kerja orang dewasa, ruang belajar anak memerlukan banyak pertimbangan, baik dari luas, material, pemilihan perabot atau furnitur hingga pemilihan warna.
Hindari Sudut Tajam
Luas ruang belajar anak yang ideal adalah sekitar 2,5x2,5 meter per anak. Bila terdapat beberapa anak, apalagi yang masih kecil, maka ruangan yang dibutuhkan biasanya lebih luas. Semata-mata karena ruang belajar yang ideal membutuhkan tempat untuk menggali kreativitas. Sebut saja, prakarya, melukis, atau menata. Untuk anak yang lebih besar, biasanya membutuhkan luasan yang ideal untuk meletakkan meja dan kursi belajar, serta adanya rak-rak penyimpan barang.
Selain ukuran ruang belajar, perhatikan juga faktor keamanan dan kenyamanan. Khusus untuk putra-putri yang masih kecil, Anda harus menghindari furnitur yang memiliki sisi atau sudut yang lancip atau tajam. Hindari juga furnitur yang menggores dan membahayakan gerakan anak. Pasalnya, anak-anak masih sangat aktif dan bisa terantuk pinggiran meja kursi ketika beraktivitas. Apalagi pada anak yang masih agak kecil, aktivitas belajar biasanya diseling dengan aktivitas motorik seperti berlarian.
Foto: Ahmad Fadilah
Pilih Meja & Kursi
Ruang belajar anak membutuhkan furnitur yang sesuai untuk belajar, berupa meja dan kursi belajar. Meja kursi bisa merupakan tempat untuk belajar bersama. Sehingga perlu diperhatikan kemungkinan mengumpulkan beberapa meja dengan kursi melingkar, atau sebuah meja besar dengan beberapa kursi
Untuk meja belajar individual, bisa dipilih seperti meja kerja biasa dengan kursi dan rak penyimpan buku serta peralatan belajar. Jangan lupa menyesuaikan ketinggian meja kursi yang sesuai untuk anak. Meja yang terlalu tinggi akan membuat anak harus naik ke kursi atau mendongak untuk menulis atau membaca.
Hiasi Dinding
Dinding bisa menggunakan wallpaper , wall sticker , atau cukup cat biasa, tergantung selera dan budget . Wallpaper  lebih mahal namun menyajikan lebih banyak motif menarik, apalagi untuk anak-anak. Wallpaper  yang disarankan untuk kamar anak dengan catatan memiliki corak yang sesuai dan terbuat dari bahan yang tidak mudah kotor, misalnya bahan vinyl . Atau, jika anak-anak memang cepat bosan, Anda bisa menggunakan wall sticker . Selain harganya lebih terjangkau, Anda bisa dengan mudah menggantinya sesuai selera anak.
Mendesain dan membuat sendiri furniture custommade seperti dalam contoh kamar anak ini menjadikan kesan yang lebih rapi dan terorganisir (Foto: Ahmad Fadilah)
Zona yang Jelas
Mungkin orangtua sering bertanya, mana yang lebih baik, menggabungkan ruang belajar dengan kamar tidur anak, ataukah terpisah sendiri-sendiri?
Biasanya kamar tidur anak memiliki sebuah meja kursi yang digunakan untuk belajar, namun tak masalah bila dirasa perlu dipisahkan. Sehingga aktivitas tidak bercampur antara belajar dan istirahat atau menonton TV dan bermain game  dan anak bisa lebih fokus belajar. Jika disatukan, maka yang perlu diperhatikan adalah menata agar fungsi kamar sebagai ruang untuk istirahat dan belajar memiliki semacam zona yang jelas. Tandai dengan rak-rak untuk tempat buku yang khusus di sekitar zona belajar. Perhatikan juga warna, mengingat anak berada dalam usia yang sangat aktif, sehingga kemungkinan perlu untuk memiliki ruang dengan warna-warni penunjang kreativitasnya. Apalagi, mata dan pikiran anak sangat tertarik dan mudah beradaptasi dengan warna-warni, terutama yang disukainya.
Foto: Ahmad Fadilah
Warna Terang Lebih Kuat
Warna yang direkomendasikan untuk kamar belajar anak adalah warna-warna terang dan kuat, karena bisa merangsang kreativitas anak. Contohnya, merah, oranye, biru, atau hijau. Warna-warna terang ini bisa digunakan untuk aksen dinding. Artinya, tidak semua dinding dicat dengan warna yang kuat tersebut, misalnya hanya untuk ruang belajar.
Untuk ruang belajar yang membutuhkan konsentrasi tinggi bisa menggunakan warna pastel, seperti biru pastel, orange pastel, krem, dan sebagainya. Secara umum kita bisa menggunakan warna kuat untuk ruang belajar, namun bila bersatu dengan kamar tidur, gunakan warna pastel, terutama untuk dinding yang menghadap tempat tidur.
Hobi yang berbeda, menjadikan pilihan warna untuk anak laki-laki agak berbeda dengan anak perempuan. Anak laki-laki biasanya menyukai warna kuat, seperti merah, hijau, kuning, dan biru. Sedangkan setelah SMP, anak laki-laki cenderung menyukai warna natural, seperti abu-abu atau putih. Untuk aksen aksen warna kuat, aplikasikan pada hiasan kamar tidur.
Untuk kamar anak perempuan yang masih kecil, selain tema boneka dan tema putri dalam dongeng, warna yang digemari adalah pastel seperti pink dan biru muda. Biasanya ketika menginjak SMU, anak mulai ingin mengganti tema. Akali saja dengan wallpaper atau wall sticker yang lebih dewasa.

Pembelajaran Yang Baik Untuk Anak

Artikel: Prinsip-prinsip Pembelajaran Anak

Beberapa prinsip pembelajaran anak berdasarkan cara berfikir anak, khususnya yang terkait dengan hubungan sebab-akibat…
1. Konkret dan dapat dilihat langsung
Anak dapat dilatih untuk membuat hubungan sebab-akibat jika dapat dilihat secara langsung. Misalnya dengan menggunakan neraca atau timbangan, anak dapat melihat dengan percobaan air mengalir dalam pipa, anak dapat melihat kenaikan pipa dan arah aliran air. dalam proses belajar hendaknya anak dapat berinteraksi dengan benda-benda, bermain, dan melakukan eksplorasi agar mereka memperoleh pengalaman langsung.
2. Bersifat pengalaman
Pembelajaran hendaknya menekankan pada proses mengenalkan anak dengan berbagai benda, fenomena alam, dan fenomena sosial. Fenomena tersebut akan mendorong anak tertarik terhadap berbagai persoalan, sehingga ia ingin belajar lebih lanjut. Guru hendaknya tidak memaksa anak untuk dapat berfikir logis dan rasional sebagaimana orang dewasa untuk mengambil kesimpulan dari fenomena tersebut.
3. Seimbang antara kegiatan fisik dan mental
Dalam pembelajaran sains kegiatan anak berinteraksi dengan benda dikenal dengan hans on science. Anak dapat menggunakan kelima indranya untuk melakukan observasi terhadap berbagai benda, gejala benda dan gejala peristiwa. Selanjutnya guru dapat memberikan pertanyaan untuk menstimulasi anak agar dapat berfikir lebih jauh berdasarkan hasil pengindraanya. Proses berfikir tersebut dikenal dengan minds-on. Oleh karena itu sebaiknya guru mendesain kegiatan pembelajaran sedemikian rupa agar kegiatan hands-on dan minds-on dapat seimbang.
4. Berhati-hati dengan pertanyaan “mengapa”
Pada orang dewasa, pertanyaan mengapa biasanya harus dijawab dengan suatu konsep atau hubungan sebab akibat yang masuk akal atau “ilmiah”. Bagi anak usia dini, kemampuan menjawab dengan hubungan sebab-akibat belum berkembang, pertanyaan “mengapa” sering di artikan “untuk apa” sehingga jawabannya bukan hubungan sebab-akibat, melainkan hubungan fungsional.
Pertanyaan “mengapa air sungai mengalir ke laut?” mungkin akan dijawab anak dengan jawaban “agar laut tidak kering”.
5. Sesuai tingkat perkembangan anak
Pembelajaran untuk anak usia dini harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak, baik usia maupun dengan kebutuhan individual anak. Pada umumnya, anak normal pada usia yang sama memiliki tingkat perkembangan yang sama. Oleh karena itu, pembelajaran anak usia dini harus disesuaikan baik lingkup maupun tingkat kesulitannya dengan kelompok usia anak.
6. Sesuai kebutuhan individual
Selain disesuaikan dengan kelompok usia anak, pembelajaran anak usia dini perlu memperhatikan kebutuhan individual. Disadari sepenuhnya bahwa anak pada dasarnya unik, ia memiliki karakteristik, bakat, minat sendiri yang berbeda dengan anak yang lain. Oleh karena itu, pembelajaran, selain memperhatikan kelompok usia juga harus memperhatikan kebutuhan individual, seperti bakat, minat, dan tingkat kecerdasan anak.
7. Mengembangkan kecerdasan
Pembelajaran anak usia dini hendaknya tidak menjejali anak dengan hafalan, tetapi mengembangkan kecerdasaanya. Penelitian di bidang neuroscience (ilmu tentang saraf) menemukan bahwakecerdasan sangat dipengaruhi oleh banyaknya sel saraf otak, hubungan antar sel saraf otak, dan keseimbangan kinerja otak kanan dan otak kiri. Pada saat lahir sel otak sudah terbentuk semua yang jumlahnya mencapai 100-200 miliar, dimana setiap sel dapat membuat hubungan dengan 20.000 sel saraf otak lainnya, atau dengan kata lain dapat membentuk kombinasi 100 miliar x 20.000. Oleh karena itu, anak usia (0-8 Tahun) merupakan usia yang sangat kritis bagi pengembangan kecerdasan anak. Sayangnya, banyak guru, orang tua, dan pendidik anak usia dini yang “mengunci mati” sel otak tersebut untuk menjalankan fungsi kapasitasnya yang tak terhingga (unlimited capacity to learn) (Semiawan, 4004). Oleh karena itu guru dan orang tua perlu memahami teknik stimulasi otak yang tepat untuk mengembangkan kecerdasan anak, bukan sekedar menjejali anak dengan informasi hafalan.
8. Sesuai langgam belajar anak
Tipe kecerdasan dan modalitas belajar yang berbeda menyebabkan anak-anak belajar dengan cara yang berbeda. Selain tipe kecerdasan, cara anak belajar juga dipengaruhi oleh modalitas belajarnya. Bagi anak yang memiliki kecerdasan kinestetik dan memiliki indera peraba yang baik, ia lebih baik belajar dengan cara membongkar pasang, mengamati, dan menyentuh objek yang dipelajari. Sebaliknya bagi anak yang memiliki kemampuan pendengaran baik, ia belajar secara auditif. Sedangkan anak yang memiliki modalitas penglihatan, ia akan belajar secara visual, seperti membaca dan mengamati gambar.
9. Kontekstual dan multikonteks
Pembelajaran anak usia dini harus kontekstual dan menggunakan banyak konteks. Apa yang dipelajari anak adalah persoalan nyata sesuai dengan kondisi dimana siswa berada. Berbagai objek yang ada disekitar siswa, kejadian, dan isu-isu yang menarik dapat diangkat sebagai tema persoalan belajar.
10. Terpadu
Pembelajaran anak usia dini sebaiknya bersifat terpadu atau terintegrasi. Anak tidak belajar mata pelajaran tertentu, seperti IPA, Matematika, Bahasa secara terpisah, tetapi fenomena dan kejadian yang ada disekitarnya. Melalui bermain dengan air anak dapat belajar berhitung (matematika), mengenal sifat-sifat air (IPA), menggambar air mancur (seni), dan fungsi air untuk kehidupan (IPS).
11. Menggunakan esensi bermain
Pembelajaran anak usia dini menggunakan prinsip belajar, bermain, dan bernyanyi. Pembelajaran disusun sedemikian rupa sehingga menyenangkan dan demokratis, sehingga anak tertarik untuk terlibat dalam setiap kegiatan pembelajaran. Esensi bermain meliputi perasaan yang menyenangkan, merdeka, bebas memilih, dan merangsang anak terlibat aktif. Jadi prinsip bermain sambil belajar mengandung arti bahwa setiap kegiatan pembelajaran harus menyenangkan, gembira, aktif dan demokratis.
12. Belajar kecakapan hidup
Pendidikan anak usia dini mengembangkan diri anak secara menyeluruh (the whole child). Berbagai kecakapan dilatihkan agar anak kelak menjadi manusia seutuhnya. Bagian dari diri anak yang dikembangkan meliputi bidang fisik-motorik, intelektual, moral, sosial, emosi, kreativitas, dan bahasa. Tujuannya ialah agar kelak anak berkembang menjadi manusia yang utuh yang memiliki kepribadian dan akhlak yang mulia, cerdas dan terampil, mampu bekerja sama dengan orang lain, mampu hidup berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.
13. Belajar dari benda konkret
Mengajarkan angka 1, 2, dan 3 akan lebih baik jika berkoresponden dengan benda, misalnya 1 dengan 1 biji, 2 dengan 2 biji dan 3 dengan 3 biji. Perkembangan indranya yang pesat dan tenaganya yang tak pernah habis memungkinkan anak-anak pada tahap ini untuk selalu bergerak, membongkar pasang sesuatu, dan menyelidiki sesuatu.

Sabtu, 12 November 2011

Ada Apa Dengan Anak..???

Anak - Balita - Bayi

Media Massa, Teknologi, dan Perkembangan Mental Anak


Hari-hari terakhir ini, kita hampir tidak dapat dilepaskan dari hingar bingar berita skandal video porno mirip artis yang sudah tersebar bebas di internet. Lepas dari segala kecaman maupun berita yang disorotkan ke artis yang terlibat, kita memang perlu prihatin bahwa tersebarnya rekaman tersebut, sudah terjangkau hingga ke berbagai kalangan, termasuk anak-anak. Bahkan jauh sebelum kehebohan video ini muncul, kita tentu masih ingat tersebarnya pula rekaman video seks mantan pejabat, mahasiswa, ganti baju artis, dan masih banyak lagi.
Semuanya merupakan aktivitas yang cenderung ditabukan dalam kultur masyarakat kita, terutama bagi anak-anak. Dan tidak dapat dipungkiri, kasus yang melibatkan artis-artis terkenal ini menjadi perhatian public maupun pemerintah yang cukup besar karena mereka adalah figur public, sehingga membuat lebih banyak kalangan yang cenderung ingin tahu, apa yang sedang diberitakan media massa.
Harus kita akui, di jaman yang serba modern ini, penyebaran informasi apapun, baik yang positif maupun negative, relative sulit dihindari, termasuk juga informasi-informasi yang seharusnya diperuntukkan untuk orang dewasa yang sudah siap lahir dan batin menerima informasi tersebut. Apalagi, perkembangan internet dan perangkatnya yang semakin murah dan semakin kita butuhkan untuk aktivitas sehari-hari sehingga memungkinkan akses yang semakin mudah.
Tentu tidak akan efektif bila kita sebagai orang tua, hanya sekedar melarang anak kita dan memarahinya bila kita mendapatinya sedang mengkonsumsi informasi yang tergolong dewasa, baik melalui internet, handphone, televisi ataupun alat teknologi lain, karena hal itu akan memunculkan rasa penasaran yang besar pada anak, dan ujung-ujungnya, akan mudah tergoda untuk mencari tahu dalam bentuk praktek nyata, seperti yang kebanyakan diberitakan selama ini di berbagai media massa.
Oleh sebab itu, kunci utama untuk melindungi buah hati kita dari dampak negative kemajuan teknologi, dengan tetap kita mampu memaksimalkan segi positif dari teknologi tersebut, adalah KOMUNIKASI. Seperti layaknya setiap hubungan apapun itu, termasuk hubungan antar suami-istri, KOMUNIKASI merupakan sarana yang paling efektif untuk saling memberikan masukan, saling memahami, saling memberikan pengertian, dan saling belajar satu sama lain dalam mencapai win-win solution di setiap masalah apapun.
Marah, memaksa, melarang, menghukum, maupun tindakan emosional lainnya, cenderung meningkatkan perasaan tertekan dan keinginan memberontak pada anak, yang ujung-ujungnya, akan menyulitkan orang tua dalam penanaman nilai secara tepat.
Komunikasi antar orang tua-anak yang terjalin dengan baik (artinya, anak merasa nyaman setiap kali berkomunikasi dengan orang tuanya, bukan malah tertekan atau takut), akan jauh lebih efektif untuk menanamkan nilai-nilai dibandingkan factor luar. Hanya pada saat anak tidak merasa nyaman ketika ia di rumah, itulah saatnya factor luar (teman, media massa, dll) memberikan pengaruh yang signifikan.
Lantas, bagaimana caranya ber-KOMUNIKASI yang efektif agar anak mudah memahami pengertian yang dimaksud orang tua?
Di sini, dibutuhkan KESESUAIAN antara inti informasi yang dikomunikasikan orang tua dengan perkembangan mental anak, yang umumnya mengikuti perkembangan usianya.
Tidak dapat dipungkiri, perkembangan intelektual dapat semakin cepat dan semakin dini berkat pengaruh gizi, lingkungan, maupun pola asuh. Namun sebaliknya, perkembangan mental perlu proses sinergi terus menerus antara orang tua-anak-lingkungan hingga anak mulai mampu mengambil tanggung jawab secara mandiri di masa dewasa.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review